BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Dalam
kehidupan di bumi ini suhu dan kelembaban merupakan unsur penting bagi manusia,
hewan, maupun tumbuhan. Suhu dan kelembaban udara juga menentukan bagaimana
makhluk tersebut dapat beradaptasi dengan lingkungannya.
Di
Indonesia, perhatian dan kerjasama antara para ahli klimatologi dengan ahli
pertanian semakin meningkat terutama dalam rangka menunjang produksi tanaman
pangan. Daya hasil beberapa tanaman pangan di Indonesia masih rendah jika
dibandingkan dengan negara-negara maju seperti Jepang dan Amerika Serikat.
Perbedaan ini disebabkan oleh pemakaian teknologi tinggi dan pengelolan yang
baik. Peningkatan produksi tanaman pangan selain dengan panca usaha tani juga
dilakukan dengan pemanfaatan iklim.
Dalam
bidang pertanian kelembaban udara biasanya digunakan untuk meningkatkan
produktifitas dan perkembangan tumbuhan budidaya. Dengan mengetahui suhu
dan kelembaban udara yang ada di lingkungan tempat yang akan di tanam tumbuhan,
kita dapat menentukkan pemilihan jenis tanaman yang sesuai, misalnya tanaman
bakau yang ditanam pada daerah yang berkelembaban tinggi, bakau tersebut
akan berkembang dan berproduktifitas dengan maksimal, sebaliknya jika bakau
tersebut di tanam pada daerah yang mempunyai kelembaban yang rendah maka bakau
tersebut tidak akan berproduktifitas dan berkembang secara maksimal.
Suhu
menyatakan tingkat energi bahan rata-rata suatu benda. Ia dinyatakan dalam
satuan derajat. Ada tiga macam satuan penggolongan suhu yang umum, yaitu sistim
Reamur, sistem Fahreinheit, dan Celcius. Namun yang paling populer adalah yang
disebut dua terakhir.
Tanah
merupakan elemen dasar yang tidak terpisahkan dalam dunia pertanian. Tanpa
adanya tanah mustahil kita bisa menanam padi, palawija, sayuran, buah-buahan
maupun kehutanan meskipun saat ini telah banyak dikembangkan sistim bercocok
tanam tanpa tanah, misalnya Hidroponik, Airoponik dan lain-lain, tetapi apabila
usaha budidaya tanaman dalam skala luas masih lebih ekonomis dan efisien
menggunakan media tanah. Mengingat pentingnya peranan tanah dalam usahatani,
maka pengelolaan tanah untuk usahatani haruslah dilakukan sebaik mungkin guna
menjaga kesuburan tanahnya. Tanah yang memenuhi syarat agar pertumbuhan tanaman
bisa optimal tentulah harus memiliki kandungan unsur hara yang cukup,mengandung
banyak bahan organik yang menguntungkan.
Tanah
yang semula subur dapat berkurang kualitasnya oleh beberapa faktor. Salah satu
diantaranya adalah dengan seringnya tanah tersebut dimanfaatkan tanpa mengalami
proses istirahat. Dengan seringnya kita memanfaatkan tanah, maka unsur hara
yang terkandung di dalamnyapun sedikit demi sedikit akan berkurang. Tanah yang
subur dan mudah di olah sangat menunjang pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Tanah
memiliki sifat fisik, sifat biologi, dan sifat kimia. Sifat fisik dan biologi
tanah dapat dilihat secara kasat mata dan diteliti seperti warna tanah, tekstur
tanah, kepadatan tanah, suhu tanah, struktur tanah, banyaknya mikroorganisme
yang hidupjamur tanah dan pernapasan tanah. Sifat kimia tanah mengacu pada
sifat dasar tanah yang memiliki derajat keasaman atau pH yang berbeda-beda
Beberapa
pembatas tanah, terutama untuk tanaman pangan adalah (1) ketebalan dan
kematangan gambut, (2) pH yang rendah, (3) kejenuhan air, (4) kandungan bahan
organik yang tinggi, (5) porous yang terbuka, (6) drainase yang jelek, (7)
miskin unsur hara (Munir, 1996)
Selain
kandungan unsur hara dalam tanah, yang menentukan tingkat kesuburan tanah ialah
tingkat kemasaman tanah (pH). Tingkat kemasaman dalam tanah juga berperan dalam
menentukan unsur organik yang ada di dalam tanah. Dengan kata lain tingkat
kemesaman (pH) juga berhubungan dengan ketersediaannya hara dalam tanah.
1.2
TUJUAN
1.
Mengetahui pH tanah suatu lahan pertanian
2.
Mengetahui Suhu dan kelembaban pada lahan jagung dan green house
BAB II
METODELOGI
2.1
WAKTU DAN TEMPAT
Pengambilan
sampel tanah dilakukan pada hari Kamis, 24 Oktober 2013 dan Pengamatan suhu
serta kelembaban dimulai pada hari Kamis – Jumat , 24 – 25 Oktober 2013 di
Samping Departement Hortikultura, Lahan Jagung di belakang Laboratorium Benih
dan Green House.
2.2
ALAT DAN BAHAN
2.3
PROSEDUR KERJA
Ø Cara Kerja1 (Penentuan Nilai pH Menggunakan pH Indicator)
1) Menentukan lahan yang akan
diidentifikasi
2) mengambil segumpal tanah dari
masing-masing titik sebagai sampel
3) Mencampur dan
mengaduknya pada wadah
3) Membersihkan dan menghaluskan
campuran tanah itu
4) Memasukkan tanah yang sudah halus ke
dalam gelas elemayer (100 ml)
5) Menambahkan air sebanyak 200ml
6) Mengaduk menggunakan pengaduk hingga
homogen
7) Endapkan beberapa saat
8) Memindahkan air pada wadah yang lain
9) Memasukkan Kertas indicator universal pada wadah tersebut
10) Mencocokkan warna kertas indicator yang telah basah
oleh larutan dengan table warna pH pada kotak pH indicator
11) Mencatat hasil pada lembar kerja
Ø
Cara Kerja 2 (Penentuan Nilai pH Menggunakan
Soil Tester)
1) Menentukan lahan yang akan
diidentifikasi
2) Menancapkan soil tester pada titik –
titik yang telah ditentukan, tunggu 3 – 5 menit
4) Membersihkan soil tester dengan air
/ tissue sebelum ditancapkan pada titik yang lain
5) Apabila tanah yang akan ditancapkan
kering ,siram tanah terlebih dahulu dengan air
6) Mencatat hasil
pada lembar kerja
Ø
Mengukur
Suhu dan kelembaban
1.
Menyiapkan
2 termohygrometer
2.
Meletakkan
thermohygrometer pada green house dan lahan jagung
3.
Mengamati
thermohygrometer hingga jarum tak lagi bergerak
4.
Mencatat
hasil pengamatan pada lembar pengamatan
5.
Melakukan
pengamatan suhu dan kelembaban setiap jam
BAB
III
HASIL
DAN PEMBAHASAN
3.1
HASIL
Sample tanah dari kedua
percobaan adalah sama-sama diambil dari satu tempat. Hasil yang berbeda terjadi
karena akibat dari perbedaan Suhu, waktu, kelembaban dan alat.
A. Pengukuran pH Tanah dengan
Menggunakan pH Indikator ( Kertas Indikator Universal)
Setelah
dicelupkan kedalam larutan tanah, diamkan beberapa saat sampai perubahan warna
tampak, maka hasilya seperti pada gambar diatas. Perubahan warna berkisar pada
ukuran 5.
Jadi
pH tanah tersebut adalah 5 atau asam.
B. Pengukuran pH tanah dengan
Menggunakan Soil Tester
Setelah
dilakukan pengukuran pH tanah dengan menggunakan soil tester maka tamapaklah
hasil jarum penunjuk sebagai berikut:
Pengukuran pada titik
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
Nilai pH
|
5,0
|
5,2
|
5,1
|
5,1
|
6,1
|
Rata – rata
|
5,3
|
Jadi Ph tanah tersebut adalah 5,3
atau asam.
C. Pengukuran Suhu dan Kelembaban
No
|
Jam
|
Lahan
|
Green House
|
t0 ( 0C
)
|
Rh ( % )
|
t0 ( 0C
)
|
Rh ( % )
|
1
|
13.50
|
37
|
50
|
32
|
52
|
2
|
14.50
|
43
|
65
|
30
|
60
|
3
|
15.50
|
37
|
73
|
29
|
57
|
4
|
16.50
|
35
|
75
|
-
|
-
|
5
|
07.40
|
32
|
60
|
24
|
100
|
6
|
08.40
|
38
|
60
|
26
|
75
|
7
|
10.40
|
+50
|
55
|
30
|
45
|
8
|
11.00
|
+50
|
35
|
31
|
43
|
3.2
PEMBAHASAN
Dalam
praktikum ini, kegiatan yang pertama dilakukan adalah mengukur suhu udara pada
tempat yang berbeda-beda (Lahan Jagung dan Green House). Setelah diukur dengan 8
kali pengulangan dengan selang waktu 1 jam, ternyata suhu di ruangan dan di
tempat terbuka cenderung menurun.. Pada areal terbuka suhu cenderung meningkat.
Setelah dirata-ratakan, ternyata suhu tertinggi berada pada areal terbuka,
yaitu 40,25° C. Hal ini
terjadi karena pada areal terbuka mendapatkan pancaran sinar matahari secara
langsung, sehingga menyebabkan makin lama suhunya semakin meningkat. Hal yang
sebaliknya terjadi di dalam ruangan (green house) yang tidak mendapatkan
pancaran sinar matahari secara langsung, sehingga rata-rata suhunya paling
rendah, yaitu 29,6° C.
Kegiatan
yang kedua adalah mengukur kelembaban udara pada tempat yang berbeda-beda (Lahan
Jagung dan Green House). Pada areal terbuka suhu udara sangat panas sebagai
akibat dari penyinaran cahaya matahari secara langsung. Udara panas umumnya
banyak mengandung uap air daripada udara dingin.Tejadinya penguapan air dari
permukaan tanah, air dan tumbuhan akibat meningkatnya suhu pada areal terbuka
menyebabkan terjadinya peningkatan kandungan uap air di udara, sehingga
kelembaban udaranya tinggi. Sebaliknya, di dalam ruangan suhu udara rendah dan
hanya sedikit penguapan yang terjadi, sehingga kelembaban udaranya rendah.
Kegiatan
yang ketiga adalah pengukuran pH tanah. Terjadi perbedaan antara hasil
pengukuran pH dengan menggunakan pH indicator dan soil tester dengan selisih
nilai 0,3 (5,3-5.).,hal ini disebabkan oleh beberapa factor:
1.Penggunaan air
Pada pengukuran menggunakan pH
indicator tanah terlebih dahulu diberi air,sedangkan pada pengukuran soil
tester tidak.Sebelumnya belum diketahui apakah air memiliki pH yang netral atau
tidak.
2.Pengambilan sampel
Pengambilan titik sampel pada
pengukuran menggunakan kedua metode memiliki tempat pengambilan yang
berbeda.Hal ini memungkinkan terjadinya perbedaan hasil pengukuran.
Jumlah titik sampel yang tidak banyak
membuat akurasi pengukuran rendah,karena bagaimanapun sampel yang satu dengan
yang lain bisa bervariasi.
3.Kesalahan Alat
Kesalahan alat membuat alat tidak
berfungsi sebagaimana mestinya,sehingga nilai pengukuran yang diperoleh tidak
valid.
4. Ketidakpastian pengukuran
Dalam ilmu fisika dikenal adanya
Asas Ketidakpastian Pengukuran (Uncertainty Principle) . Artinya
alat-alat ukur suatu besaran tidak dapat mengukur sesuatu nilai secara
pasti,dikarenakan ketidaksempurnaan alat itu sendiri.Selain itu kesalahan
manusia (human error) juga turut memberi andil,misalnya kesalahan sudut
baca alat.Skala pada alat secara umum dibaca tegak lurus mata,namun pengamat
atau pengukur bisa saja lupa melihat skala dari kanan alat atau dari kiri alat
sehingga nilai yang diperoleh tidak sesuai.
BAB IV
PENUTUP
4.1
KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan pada praktikum
ini, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Suhu udara suatu daerah sangat dipengaruhi oleh pancaran sinar matahari.
Daerah yang menerima pancaran sinar matahari secara langsung suhu udaranya
lebih tinggi atau lebih panas dibandingkan dengan daerah yang terlindung atau
tidak menerima pancaran sinar matahari secara langsung.
2. Kelembaban udara sangat dipengaruhi oleh kandungan uap air yang ada di udara.
Dalam hal ini, suhu udara akan menentukan tinggi rendahnya kelembaban udara.
Udara yang panas memiliki kelembaban yang lebih tinggi dibanding udara dingin
karena pada suhu panas penguapan lebih banyak terjadi.
3. Dari hasil pengukuran pH tanah berkisar 5 – 5,3 berarti pH tanah berada pada
asam dan harus dinetralkan ( pH optimum) dengan menambahkan Kapur. Perbedaan
hasil pengukuran pH tanah dapat disebabkan oleh berbagai factor terkait dengan
pengukuran yaitu penggunaan air,sampel,kesalahan alat,serta ketidakpastian
pengukuran(Uncertainty Principle).
4.2
SARAN
Praktikum
pH tanah dengan pH indikator maupun dengan soil tester tanah adalah prktikum
yang menarik. Dengan itu mahasiswa dapat memahami betul seluk beluk dari tanah,
tanpa hanya mengetahuinya dari teori saja. Namun dalam pegamatan pengukuran
suhu dan kelembaban dihari yang lain sebaiknya Dosen meminta izin kepada dosen
matakuliah pada hari itu untuk melakukan pengamatan sebagaimana mestinya agar
tidak ada salah paham.
DAFTAR
PUSTAKA
http://aatunhalu.blogspot.com/2009/05/laporan-praktikum.html
http://prayudimarta.wordpress.com/2013/01/02/praktikum-ph/
http://anahedjo.blogspot.com/2012/05/laporan-dasar-ilmu-tanah-ph-tanah.html